Anda tentu pernah mendengar pepatah ini ; kalau beberapa orang besar suka bicara mengenai
bebrapa inspirasi, sesaat orang bebrapa umum sukai bicara mengenai diri mereka sendiri dan orang-orang kecil sukai bicara mengenai orang lain. Tersebut gosip.
Gosip bikin orang jadi kecil. Tidak ada suatu hal yang dapat di tawarkan dalam isu. Gosip cuma kurangi kredibilitas orang mengulas serta yang dibicarakan dan dapat mengh4ncurkan orang yang dengarkan.
Berhenti menebarkan isu serta jadi penerima gosip. Bila Anda hentikan gosip yang
diteruskan cuma hingga pada Anda, Anda bakal melakukan perbaikan kehidupan orang lain serta diri Anda
lebih baik lagi.
Lagipula, orang yang bercerita isu pada kita, umumnya bakal menggosipkan
kita juga. Orang yang mempunyai integritas tak sukai mengumbar omongan mengenai
orang lain di belakangnya. Bila mempunyai permasalahan dengan seorang, ia lebih baik mendatangi
orang itu serta mengulas masalahnya, tidak pernah melalui orang ketiga. Mereka juga
akan memberikan pujian pada orang dengan cara terbuka serta mengkritik orang dengan cara pribadi.
Bila Anda yaitu orang
besar, berhentilah mengulas orang lain dan mari mengulas bebrapa inspirasi besar yang bisa
mengubah dunia! : -)
Berghibahlah, apabila engkau merindukan jalan pintas menuju neraka, buka pintu-pintu s!ksa
yang pedih, dan menarilah diatas penderitaan orang lain. Juga, tertawalah diatas derai air
matanya. Jadilah binatang buas yang melahap bangkai-bangkai manusia.
Tahukah kalian, ghibah itu lebih h!na dari perz!naan atau pel4curan.
Imam Ghazali dan Imam
Baihaqi meriwayatkan satu hadis kalau Rasulullah SAW bersabda,
“Janganlah sekali-kali kamu
lakukan pergunj!ngan, lantaran pergunj!ngan itu lebih berat dari perz!naan. Karena, jika
seorang yang berz!na lalu bertobat jadi Allah mengampuninya. Sedang penggunj!ng
akan tidak diampuni Allah, sebelumnya orang yang digunj!ngkan itu memaafkannya. ”
Alangkah beratnya siksa yang dijamin oleh tukang gunj!ng (mughtaab) , si tukang penyebar
ghibah. Betapapun dia bertobat pada Allah, pintu pengampunan akan tidak terbuka, kecuali dia
lari serta bersungguh-sungguh mohon maaf pada orang yang digunj!ngkannya itu.
Termasuk juga ghibah yakni seorang meniru-niru orang lain, umpamanya jalan dengan pura-pura
pincang atau pura-pura bungkuk atau bicara dengan pura-pura sumbing, atau yang selainnya
dengan maksud meniru-niru kondisi seorang, yang hal ini bermakna merendahkan dia.
Seperti dijelaskan dalam satu hadits :
�'ﺖَﻟﺎَﻗ ُﺖ�'ﻴَﻜَﺣَﻭ : ُﻪَﻟ ﺎًﻧﺎَﺴ�'ﻧِﺇ َﻝﺎَﻘَﻓ ﺎَﻣ : �'ﻲِّﻧَﺃ ُّﺐِﺣُﺃ ُﺖ�'ﻴَﻜَﺣ ﺎًﻧﺎَﺴ�'ﻧِﺇ َّﻥِﺇ َﻭ ﺍَﺬَﻛ �'ﻲِﻟ
‘Aisyah berkata : “Aku meniru-niru (kekurangan/cacat) seorang seorang pada Nabi r”. Maka
Nabi r juga berkata : ”Saya tidak sukai meniru-niru (kekurangan/cacat) seorang (meskipun) saya
memperoleh sekian-sekian”
Bagaimana bila yang dighibahi yaitu orang kafir?
Berkata As-Shon’ani : “Dan pengucapan Rosulullah r (dalam hadits Abu Huroiroh diatas) َﻙﺎَﺧَﺃ
(saudaramu) yaitu saudara seagama adalah dalil sebenarnya selain mukmin boleh
mengghibahinya”.
Berkata Ibnul Mundzir : ”Dalam hadits ini ada dalil sebenarnya barang siapa
yang bukanlah saudara (se-Islam) seperti yahudi, nasrani, dan semua pemeluk agama-agama (yang
lain), dan (juga) orang yang kebid’ahannya sudah mengeluarkannya dari Islam, jadi tidak ada
(tak kenapa) ghibah terhadapnya”
Nabi shallallhu’alaihi wasallam menerangkan arti ghibah dengan menyebut-nyebut saudaramu
dengan suatu hal yang ia tidak suka, baik mengenai fisiknya ataupun sifat-sifatnya. Jadi setiap kalimat
yang engkau katakan sesaat saudaramu membenci bila tahu engkau menyampaikan demikian
jadi tersebut ghibah. Baik dia orangtua ataupun anak muda, walau demikian kandungan dosa yang
dijamin setiap orang tidak sama sesuai sama apa yang dia katakan walau pada
sebenarnya karakter itu ada pada dirinya.
Mengenai bila suatu hal yagn engkau katakan ternyata tak ada pada diri saudaramu bermakna engkau
sudah lakukan dua kejelekan sekalian : ghibah serta buhtan (dusta) .
Nawawiy rahimahullah menyampaikan,
“Ghibah bermakna seorang menyebut-nyebut sesuatu
yang dibenci saudaranya baik mengenai tubuhnya, agamanya, duniannya, jiwanya,
akhlaknya, hartanya, anak-anaknya, istri-istrinya, pembantunya, gerakannya, mimik
bicarnya atau kemuraman berwajah serta yang lain yang berbentuk mngejek baik dengan
perkataan ataupun isyarat. ”
Beliau rahimahullah meneruskan,
“Termasuk ghibah yaitu perkataan sindiran pada perkataan
beberapa penulis (kitab) misalnya kalimat : ‘Barangsiapa yang mengakui berilmu’ atau ucapan
‘sebagian orang yang mengakui sudah lakukan kebaikan’.
Contoh yang lain yaitu perkataan
tersebut yang mereka lontarkan sebagai sindiran, “Semoga Allah mengampuni kami”, “Semoga Allah
terima taubat kami”, “Kita memohon pada Allah keselamatan”.
Ibnul Mundzir rahimahullah berkata, “Sabda Nabi shalallahu’alaihi wasallam ﻙﺮ�'ﻛِﺫ ﻙﺎَﺧَﺃ (engkau
meneybut-nyebut saudaramu) ini adalah dalil kalau larangan ghibah cuma berlaku bagi
sesama saudara (muslim) tidak ada ghibah yang haram untuk orang yahudi, nashrani serta semua
agama yang menyimpang, demikian pula orang yang di keluarkan dari islam (murtad) karena bid’ah
yang ia perbuat. ”
Qurthubi rahimahullah menyampaikan,
“Para ulama sudah setuju sebenarnya ghibah
termasuk juga dosa besar. Mereka berdalil dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
َّﻥِﺈَﻓ �'ﻢُﻜﺿﺍَﺮ�'ﻋَﺃَﻭ �'ﻢُﻜﻟﺍَﻮ�'ﻣَﺃَﻭ �'ﻢُﻛَﺀﺎَﻣِﺩ ﻢُﻜ�'ﻴَﻠَﻋ ﻡﺍَﺮَﺣ
“Sesungguhnya darah kalian, harta kalian dan kehormatan kalian yaitu haram atas (sesama)
kalian”. (HR Muslim 3179, Syarh Nawai ‘ala Muslim)
Bukankah kita takut pada siksa Allah? Bagaimana apabila orang yang digunjingkan itu sudah meninggal
dunia? Pada siapakah engkau akan memohonkan maaf. Walau sebenarnya, kunci surga cuma terbuka bila
ada pemaafan darinya.
Imam Gazali meriwayatkan penggalan nasehat Allah pada Nabiyulah Musa AS.
“Barang siapa
yang m4ti dalam kondisi bertobat dari gunjingan, jadi ia yaitu orang terakhir yang memasuki
surga. Serta siapa saja yang m4ti dalam kondisi bergunjing, jadi ia yaitu orang pertama
yang masuk neraka. ” (Mukhtasar Ihya Ulumudin, 1990 : 241).
Sekarang ini, ghibah sudah jadi komoditas dan tontonan yang dapat mengangkat rating tayangan
tv. Acara gosip yang dipandu beberapa presenter cantik dengan baju 1/2 tel4njang,
jadi primadona pengelola tv.
Kehidupan rumah tangga orang yang begitu pribadi juga dibongkar. Serta, kita juga terasa asik
melihat gosip itu, bahkan juga ikut lakukan estafet isu ke tetangga samping. Jadi,
berantailah penyebaran gosip.
Dalam dunia politik, ghibah adalah senjata yang paling ampuh untuk meh4ncurkan harga diri
dari reputasi lawan politiknya yang dengan cara popular di kenal dengan arti character assasination
(pem.bu.nu.han ciri-ciri).
Hai beberapa orang yang beriman, jauhilah umumnya purba-sangka (keraguan), karena beberapa
dari purba-sangka itu dosa. serta jangan sampai mencari-cari keburukan orang serta janganlah
menggunj!ngkan keduanya. Adakah seseorang di antara anda yang sukai mengonsumsi daging
saudaranya yang telah m4ti? Jadi tentunya anda terasa jij!k padanya. serta bertakwalah
pada Allah. Sebenarnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Al Hujurat 12)
Begitu besarnya dosa serta konsekwensi moral yang dikarenakan oleh tingkah lidah, menggosip dan
mencela atau menc4ci maki orang lain. Berikut ajaran moral kemanusiaan paling fundamental yang
menghiasi akhlak seseorang Muslim. Betapapun rajin kita beribadah, dihadapan Allah ibadahnya
tidak mempunyai manfaat sekalipun, selama lidah kita menggosip serta menyakiti orang lain.
Kawan baik Muadz bin Jabbal RA pernah bertanya pada Rasulullah SAW.
“Apakah kita akan disuruh
pertanggungjawaban karena apa yang kita katakan, wahai Rasulullah? ”
Beliau menjawab,
“Hai
Ibnu Jabbal, tidaklah manusia-manusia itu bakal ditelungkupkan dengan hidungnya terutama dahulu
di neraka, tetapi karena apa yang dilakukan oleh lidahnya. ” (HR Hakim)